Melati dan
Embun Pagi
Melati
putih bertanya pada embun pagi
Apakah
hagemoni insan remaja terkiprah mulia ?
Embun pagi
menjawab dengan lirih
"Melati,
aku tak sanggup menjawabnya".
"Jawablah,
apapun yang kau katakan aku siap mendengarnya".
Kini cawan
emas dari kayangan telah retak
Pelita
harap kita tergores nista
Kemilau
sinar biru terhalang kabut
Bingkai
hati mereka berkarat dan terkapar
Hati
terkoyak-koyak melati...
Sungguh...mereka
balas kerlip indah dunia dengan dusta
Menara iman
telah runtuh berserakan
Redupkan
sinar amanah demi rasa yang maya
Lidah tak
lagi selembut lantunan syahdu
Sikapi
kiprah diri tak lagi seramah santun Fatimah
Menatap
dunia tak lagi seindah angan harapnya
Degradasi
moral telah menjalar ke setiap nadinya
Aku tak tahu
melati remaja yang kita harapkan...
Kini hanya
segelintir yang sadar akan sang cipta
Bagimana
kelak kita tatap dunia, apakah kelam atau bercahaya ?
Sungguh...Risau
hati kian menyelimutiku kini
Aku hanya
bisa meminta arah pada kuasa
Agar dapat
membuatnya kembali ke jalan kebenaran
Kembali
menjadi muslim yang sejati
Yang siap
menggapai mimpi yang gemintang
Mendobrak
dunia menggenggam prinsip kemuliaan
Namun...akankah
semua itu bisa terjadi, melati ?
"Entahlah...harapan
selalu ada...".
Harapan
dari segelintir remaja yang masih menimba iman
Ya...segelintir
remaja itulah yang akan membantu kita
Merayu bara
api hingga menjadi butiran salju
Membuat
bunga disela semak belukar
Merangkul
jiwa yang tertekan dengan hati lapang
Membawa
sanubari kalbu tuk mengusap keringat pilu
"Apakah
kau yakin melati, semua itu bisa terjdi ?"
"Aku
harap seperti itu". Jawab melati.
Ketika
remaja taan iman berkumpul, bertukar pikiran
Dengan
tidak sengaja remaja yang terjebak maksiat mendengarnya
Lalu
hidayah menghampirinya dengan ketenangan batin
Hingga
remaja itu bangkit dari nista menuju sehadapan kuasa
Selain
itu...
Orang
tua mereka sebagai penopang imannya
Dengan
nasihat penuh kasihnya membuat semua terarah
Membuat
kerut dahi menjadi penuh rasa lega
Dekatkan
mereka pada kedamaian islami
Sadarkan
pada mereka dunia hanya sekejap saja
Hitungan
detik, menit, jam kemudian atau mungkin besok...
Dunia ini
akan hancur dalam sekejap atas izinnya
Dengan
mudah Gelombang laut terpaut dendam dosa, Tegapnya menara runtuh seketika...
Manusia tak
berdaya bagai anai-anai berterbangan
Namun...hal
ini kembali pada nurani mereka...
Hanya
bagaimana mereka mengendalikan sikapnya
Jikalau
mereka pelihara dzikir, niscaya rintangan hidup dapat diatasi
Selipkan
do'a dalam setiap langkah
Karena do'a
adalah perisai angan kita
Jalin
persaudaraan muslim, untuk menuai kisah yang harmoni
Tekadkan
semangat muslim sejati untuk harapan gemilang
Jadikan
al-qur'an sebagai pedoman lekuk hidupnya
Hingga
kelak, kita kan melihat muslim sejati yang tersenyum
Memandang
islam dengan penuh keyakinan
Pipi merona
dengan sinar lembayung menuturnya
Berkasih
dengan cipta kuasa, melambaikan tangan nan tulus
Jiwa yang
tak henti merekat semangat masa depan yang agung
Untuk mimpi
yang tak ternilai betapa kemilaunya menusuk raga
Mengemban
amanah sang cipta, merangkul ta'awun dengan lafadz menaungi kiprahnya
Sekeliling
bersiul, mengagumi kalbu yang suci
Terhenyak
dengan cantiknya iman dimuka bumi
Muslim
sejati untuk melati dan embun pagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar