Rabu, 12 September 2012

Puisiku Untuk Melati dan Embun Pagi



Melati dan Embun Pagi

Melati putih bertanya pada embun pagi
Apakah hagemoni insan remaja terkiprah mulia ?
Embun pagi menjawab dengan lirih
"Melati, aku tak sanggup menjawabnya".
"Jawablah, apapun yang kau katakan aku siap mendengarnya".

Kini cawan emas dari kayangan telah retak
Pelita harap kita tergores nista
Kemilau sinar biru terhalang kabut
Bingkai hati mereka berkarat dan terkapar
Hati terkoyak-koyak melati...
Sungguh...mereka balas kerlip indah dunia dengan dusta
Menara iman telah runtuh berserakan
Redupkan sinar amanah demi rasa yang maya
Lidah tak lagi selembut lantunan syahdu
Sikapi kiprah diri tak lagi seramah santun Fatimah
Menatap dunia tak lagi seindah angan harapnya
Degradasi moral telah menjalar ke setiap nadinya
Aku tak tahu melati remaja yang kita harapkan...
Kini hanya segelintir yang sadar akan sang cipta
Bagimana kelak kita tatap dunia, apakah kelam atau bercahaya ?
Sungguh...Risau hati kian menyelimutiku kini
Aku hanya bisa meminta arah pada kuasa
Agar dapat membuatnya kembali ke jalan kebenaran
Kembali menjadi muslim yang sejati
Yang siap menggapai mimpi yang gemintang
Mendobrak dunia menggenggam prinsip kemuliaan
Namun...akankah semua itu bisa terjadi, melati ?

"Entahlah...harapan selalu ada...".
Harapan dari segelintir remaja yang masih menimba iman
Ya...segelintir remaja itulah yang akan membantu kita
Merayu bara api hingga menjadi butiran salju
Membuat bunga disela semak belukar
Merangkul jiwa yang tertekan dengan hati lapang
Membawa sanubari kalbu tuk mengusap keringat pilu
"Apakah kau yakin melati, semua itu bisa terjdi ?"
"Aku harap seperti itu". Jawab melati.
Ketika remaja taan iman berkumpul, bertukar pikiran
Dengan tidak sengaja remaja yang terjebak maksiat mendengarnya
Lalu hidayah menghampirinya dengan ketenangan batin
Hingga remaja itu bangkit dari nista menuju sehadapan kuasa
Selain itu...
Orang tua  mereka sebagai penopang imannya
Dengan nasihat penuh kasihnya membuat semua terarah
Membuat kerut dahi menjadi penuh rasa lega
Dekatkan mereka pada kedamaian islami
Sadarkan pada mereka dunia hanya sekejap saja
Hitungan detik, menit, jam kemudian atau mungkin besok...
Dunia ini akan hancur dalam sekejap atas izinnya
Dengan mudah Gelombang laut terpaut dendam dosa, Tegapnya menara runtuh seketika...
Manusia tak berdaya bagai anai-anai berterbangan
Namun...hal ini kembali pada nurani mereka...
Hanya bagaimana mereka mengendalikan sikapnya
Jikalau mereka pelihara dzikir, niscaya rintangan hidup dapat diatasi
Selipkan do'a dalam setiap langkah
Karena do'a adalah perisai angan kita
Jalin persaudaraan muslim, untuk menuai kisah yang harmoni
Tekadkan semangat muslim sejati untuk harapan gemilang
Jadikan al-qur'an sebagai pedoman lekuk hidupnya

Hingga kelak, kita kan melihat muslim sejati yang tersenyum
Memandang islam dengan penuh keyakinan
Pipi merona dengan sinar lembayung menuturnya
Berkasih dengan cipta kuasa, melambaikan tangan nan tulus
Jiwa yang tak henti merekat semangat masa depan yang agung
Untuk mimpi yang tak ternilai betapa kemilaunya menusuk raga
Mengemban amanah sang cipta, merangkul ta'awun dengan lafadz menaungi kiprahnya
Sekeliling bersiul, mengagumi kalbu yang suci
Terhenyak dengan cantiknya iman dimuka bumi
Muslim sejati untuk melati dan embun pagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar