Rabu, 12 September 2012

Tiga Lubuh Hati Untuk Ibu


Tiga Lubuk Hati Untuk Ibu
Yogyakarta...Yogyakarta...Yogyakarta... bibirku terucap, wajah tengadah ke arah langit lepas yang merona, ku rentangkan kedua tanganku, sembari angin menghempas tubuh dan pejaman mataku, tapi sayang...angin tak sanggup membawa tubuhku melayang di udara, namun hadirku di tengah padang rumput, membuat lintasan fatamorgana kota impianku semakin indah ku hayati.
Banyak orang yang fanatik dan bertanya-tanya “Mengapa diriku sangat tergila-gila dengan kota Yogyakarta, pertanyaan itu tentu sangat gampang aku jawab...menurutku Yogakarta itu adalah kota pendidikan yang paling kental dengan budaya, memang semua kota memiliki budaya, tapi Yogyakarta lah yang paling kental, aku dengar sekarang di sana sudah diwajibkan memakai batik, uh..hal itu membuatku semakin terpesona, ramah tamah penduduknya seakan-akan menggodaku untuk segera berdiri di tengah tegapnya Borobudur dan di sela-sela keramaian Mallioboro, dan yang paling menggiurkan adalah PTN yang ku dambakan sejak aku duduk dibangku kelas V SD, Universitas Gadjah Mada...Ya, aku Arumi Chandrika, Iyum...Ibu selalu memanggilku seperti itu, maklum ibuku seorang psikiater, mungkin begitulah caranya menyebut namaku penuh kasih sayang, sekarang aku duduk di bangku kelas III SMAN 1 Bogor, aku sudah berhasil di hipnotis oleh PTN tersebut, hingga di benakku tak ada lagi PTN, PTS maupun PTK lainnya selain UGM, mungkin terlalu muluk-muluk anganku yang satu ini, karena UGM merupakan universitas favorit di Indonesia tak lupa jurusan yang juga tak kalah muluk-muluknya ku dambakan, Pendidikan Dokter, sampaikan bibir ini bergetar menyebutnya, tapi apa salahnya mencoba, toh asalkan kita berusaha, Tuhan pasti akan mendengar do’aku.
Begitu indah angan itu ku lantunkan dengan harapan kemenangan kelak, dengan bangga angan itu ku raih dengan cucuran keringat, sungguh nikmat hasil gemerlap di pandang kedua bola mataku sendiri, hawa sejuk menyelimutiku jika semua orang yang ku kasihi meneteskan air mata terharu. Semua rasa itu akan ku nikmati setelah denting waktu mengizinkanku, setelah takdir kuasa menyapaku, hanya sujud kerendahan hati, kalam-kalam suci dan usaha halal ku sertakan dalam diri.
XXX
Namun...ketika jarum jam berhenti disela angka 8 dan 9 malam, suasana yang dingin , tak ada kejora maupun bulan yang menerangi, hanya lampu neon disudut sana yang memancarkan cahayanya walau sedikit, mata ini sayu melihat semua disekitarku gelap, jemariku bergetar mengarah pada cahaya neon itu, namun jemariku kembali menapak...lalu gelap...
Tuhan...            
Jika kilau tunas cempaka mengemban harapku
Mengapa kilau itu bukan tergadai lagi, tapi terjual ?
Jika benderangnya terlukis bersama ikrarku
Mengapa ikrarku menjadi sunyi senyap ?
Aku tak tahu Tuhan...Kau berikan hempasan kala ini padaku...
Hingga kiprah suciku terbang bersama angin malam
Bintang dalam hatiku tak lagi mengarak, terhenyak lamunan
Kini cawan emas dalam jiwaku terkubur
Pilar-pilar mutiara dalam darah membanjiri anganku
Yang ku tahu saat ini jiwaku tak lagi seperti dulu...
Hanya lubuk-lubuh hatiku yang dapat berbicara...
XXX
Aku terbangun dalam gelapku...namun bibir ini tak sanggup terbuka, mata ini hanya memandang satu arah, jiwa ini tertekan seakan tertimpa batu besar...meskipun jiwaku tak lagi seperti dulu...namun sekali lagi...lubuk-lubuk hatiku dapat berbicara...
Lubuk hati pertama berbicara namun jiwaku tetap terpaku...
Aku tak tahu, seperti apa dunia memandangku sekarang apakah seperti siluet yang hanya datang sekejap lalu hilang ?, apakah seperti karang laut yang tak menorah sedikitpun diterpa ombak besar ?, atau bahkan seperti gelas kaca yang terjatuh lalu pecah ?...pertanyaan-pertanyaan itu hanya terlontar dalam lubuk hati pertamaku, bukan dari bibirku..seperti itulah aku sekarang, ingin aku berlari dan menjerit di puncak yang sangat tinggi dan sepi hingga aku terbebas ingin seberapa keras aku menjerit dan seberapa banyak air mataku menetes dari mata ini yang tak bisa lagi melihat khayalan indah disana yang masih terselubung sutra bunga dan harus aku dapati. Aku takut ibu tak sanggup lagi melihat keadaanku sekarang ini, putri yang dia banggakan kini menjadi tak berdaya, terkapar di lantai dengan air mata tak berhenti menetes dan tak sedikitpun terucap dalam bibir ini alasan mengapa aku seperti ini, hingga ibu diam dalam kebingungan dan kepedihan, namun lubuk hati ini ingin sekali merangkul ibu, berbicara pada ibu mengapa aku begini, bersujud pada ibu sebagai tanda maafku...tapi...fisiku tak bisa melakukannya karena jiwaku masih terdiam membisu.
“Iyum...anak ibu, coba bicara nak, mengapa seperti ini ?” tanya ibu lirih.
Aku hanya terdiam...
“Ayolah nak, jelaskan pada ibu, mana anak ibu dulu yang selalu tersenyum dan memeluk ibu ?, ibu mohon jangan seperti ini ! apa yang harus ibu lakukan untukmu sayang ?”air mata ibu menetes.
Lagi-lagi aku hanya terdiam, tak memberikan jawaban sedikitpun pada ibu, namun lubuk hati ini sedikit demi sedikit mendorongku untuk bangkit, namun jiwa ini selalu menolak. Kasih sayang ibu padaku tak terhitung harganya, ibu rela menahan sakit, memuja kehidupan, menghempas amarah dan memelihara ketabahan hanya untukku, putri yang selalu dia nanti senyumnya, semangatnya, cerianya dan manjanya. Dulu segumpal daging yang hidup dalam rahimnya, yang dia hidupi dengan laksa-laksa kasih nan suci, yang dia berikan aliran darahnya masuk dalam tubuh ini, yang dia berikan setangguk ketenangan didalam alam ini, yang dia usap dengan lembut penopang tempatku hidup, yang dia berikan taburan keikhlasan dan pengorbanan untuk buah hatinya agar dapat menatap indahnya dunia yang di naungi solfegio untuk mendengar lantunan percusi yang bertalu indah, tapi kini aku tak bisa membalas semua perjuangan dan pengorbanan ibu, aku bagaikan sampah yang harus di buang jauh dari hidupnya, aku adalah sosok gadis yang tak berguna dan pantas dibuang ke tempat antah-berantah yang tak berpenduduk, aku selalu memberikan goresan-goresan kepahitan untuknya, yang hanya bisa meratapi takdir dan tak mencoba bangkit, aku hanyalah sepenggal kisah nista yang tak pantas hadir dalam kerlingan roda hidupnya, sungguh aku hanyalah beban...beban...dan beban untuknya...Tanganku meremas dengan air mata menetes di pipi ini, penuh penyesalan dengan nafas terengah-engah, sekujur tubuhku bergetar, mata penuh kekecewaan, dan sesuatu yang ada di sekeliling aku lempar dan jatuhkan, seperti itulah keadaan ketika jiwaku teringat hal-hal pahit.





Puisiku Untuk Melati dan Embun Pagi



Melati dan Embun Pagi

Melati putih bertanya pada embun pagi
Apakah hagemoni insan remaja terkiprah mulia ?
Embun pagi menjawab dengan lirih
"Melati, aku tak sanggup menjawabnya".
"Jawablah, apapun yang kau katakan aku siap mendengarnya".

Kini cawan emas dari kayangan telah retak
Pelita harap kita tergores nista
Kemilau sinar biru terhalang kabut
Bingkai hati mereka berkarat dan terkapar
Hati terkoyak-koyak melati...
Sungguh...mereka balas kerlip indah dunia dengan dusta
Menara iman telah runtuh berserakan
Redupkan sinar amanah demi rasa yang maya
Lidah tak lagi selembut lantunan syahdu
Sikapi kiprah diri tak lagi seramah santun Fatimah
Menatap dunia tak lagi seindah angan harapnya
Degradasi moral telah menjalar ke setiap nadinya
Aku tak tahu melati remaja yang kita harapkan...
Kini hanya segelintir yang sadar akan sang cipta
Bagimana kelak kita tatap dunia, apakah kelam atau bercahaya ?
Sungguh...Risau hati kian menyelimutiku kini
Aku hanya bisa meminta arah pada kuasa
Agar dapat membuatnya kembali ke jalan kebenaran
Kembali menjadi muslim yang sejati
Yang siap menggapai mimpi yang gemintang
Mendobrak dunia menggenggam prinsip kemuliaan
Namun...akankah semua itu bisa terjadi, melati ?

"Entahlah...harapan selalu ada...".
Harapan dari segelintir remaja yang masih menimba iman
Ya...segelintir remaja itulah yang akan membantu kita
Merayu bara api hingga menjadi butiran salju
Membuat bunga disela semak belukar
Merangkul jiwa yang tertekan dengan hati lapang
Membawa sanubari kalbu tuk mengusap keringat pilu
"Apakah kau yakin melati, semua itu bisa terjdi ?"
"Aku harap seperti itu". Jawab melati.
Ketika remaja taan iman berkumpul, bertukar pikiran
Dengan tidak sengaja remaja yang terjebak maksiat mendengarnya
Lalu hidayah menghampirinya dengan ketenangan batin
Hingga remaja itu bangkit dari nista menuju sehadapan kuasa
Selain itu...
Orang tua  mereka sebagai penopang imannya
Dengan nasihat penuh kasihnya membuat semua terarah
Membuat kerut dahi menjadi penuh rasa lega
Dekatkan mereka pada kedamaian islami
Sadarkan pada mereka dunia hanya sekejap saja
Hitungan detik, menit, jam kemudian atau mungkin besok...
Dunia ini akan hancur dalam sekejap atas izinnya
Dengan mudah Gelombang laut terpaut dendam dosa, Tegapnya menara runtuh seketika...
Manusia tak berdaya bagai anai-anai berterbangan
Namun...hal ini kembali pada nurani mereka...
Hanya bagaimana mereka mengendalikan sikapnya
Jikalau mereka pelihara dzikir, niscaya rintangan hidup dapat diatasi
Selipkan do'a dalam setiap langkah
Karena do'a adalah perisai angan kita
Jalin persaudaraan muslim, untuk menuai kisah yang harmoni
Tekadkan semangat muslim sejati untuk harapan gemilang
Jadikan al-qur'an sebagai pedoman lekuk hidupnya

Hingga kelak, kita kan melihat muslim sejati yang tersenyum
Memandang islam dengan penuh keyakinan
Pipi merona dengan sinar lembayung menuturnya
Berkasih dengan cipta kuasa, melambaikan tangan nan tulus
Jiwa yang tak henti merekat semangat masa depan yang agung
Untuk mimpi yang tak ternilai betapa kemilaunya menusuk raga
Mengemban amanah sang cipta, merangkul ta'awun dengan lafadz menaungi kiprahnya
Sekeliling bersiul, mengagumi kalbu yang suci
Terhenyak dengan cantiknya iman dimuka bumi
Muslim sejati untuk melati dan embun pagi...

Sabtu, 22 Mei 2010

English Drama..Ayum3..

ENGLISH DRAMA

Get Married

The Actors And Actrees
Arumdari Nurgianti as Konah/Conelly
Anjas Wilapangga as The boy frien of konah and tarminah
Aziz Kurnia Saputra as Konah Boy Friends In The City
Rais Bahrul Ulum as Father of Konah
Vina Silvia as Friend Of Konah
Inggrit Amedia as Producer Actreees
Siti Muliawati as Girl Frien Of Anjas Number 2
Wina Saptiani as Girl Friend Of Aziz Number 2

Round 1
Anjas : Playing Fluit
Arum : “Owhhhh…. Akang Its wonderful…I Love You So much.”
Anjas : “Eh… Konah, Why You Come Here ?”
Arum : “Akang, ..You know ? I miss you, What about you ?”
Anjas : “Yes, me too”
Arum : “Akang, I Want go to the city, I want became the actrees, are you agree ?”
Anjas : “Why You Do it ? live in the village is good than the city, Wi wiil married ?”
Arum : Yes.. But I Want to be actrees, So I can Get many money for wedding party.”
Anjas : “Up To You.”
Arum : Whats The Meaning ? I love You Akang, I go to the city for get many money…”
Anjas : “Up Tou You,,,Konah ‘
Arum : Yes… I will Go to the city…

Round 2
Arum : “Excusme…please help me for get some job ?”
Inggrit :” Whats Your Name ?
Arum :” My Nmes Konah, I have good voice, And I want to be actrees or singer ? Are You Have that’s job ?”
Inggrit : “Ox… I have..but your name must to change, because your name as like the girl of village, So, now your name is Connelly….
Arum : “Ox… I Agree with you, no problem never mind,,
Aziz : ‘ Halllo… Mother.. Owh….Who is mom ? She is very beautiful girl, Please introduce her self for me !
Inggrit : “ Ok…Her name is Konah but now become conelly, She will be good actrees..
Aziz : “Yes I agree…!”

Round 3
Arum : “Whats Your Opinion about Aziz ?”
Vina : “ I Think Aziz is a good boy, besides that that he is very handsem and rich.”
Arum :” He said to me, he loved me and he want to married with me….Whats Your Opinion ?’
Vina : “ Yes Up to you , I agree if you become her girl friend.”
Arum :”Thanks You.”

Round 4
Aziz :” How about ny questions yesterday ?”
Arum :” Yes I Love you too aziz “
Wina :” Ok. Wow iam surprised ! Good Luck…”

Round 5
Aziz :” Mom…I have become boy friend of Connelly, we are become rich…”
Inggrit :”Good, Its good job..”
Wina :” What we must do after that ?”
Inggrit :’ We must get many money from Connelly, whwn she show,we must to take her money…Are you know her money saved ?
Aziz :” Yes I know, Its easy..”

Round 6
Arum :” Owhh.. My god…my money loose ? Who is take my money ? I haven’t money now.”
Vina :” Whats happened ? “
Arum :” My money loose, no we wre a poor girl …Oh my god..?’
Inggrit :” Conelly, I know, now you is a poor girl, I Want you don’t work with me, because now your performance is not good and now the people wan’t watch you again…”
Aziz :” Yes me too, Sorry now iam not love you now and forever….sory…
Arum :” Please help me, Oh my god…

Round7
Arum :’ Kang….I Come back for you, Please give me your love !”
Anjas ;” Sorry…Now I hve the girl friend, she is tarminah,..I very love him….
Arum ;” Now You must married with me, akang…”
Anjas ;” I Cant do it..!’
Arum :”Oh my god …
Siti :’ Yes I the girl Friend of anjas.’
Arum :’ No,,I the girl friend of anjas…!”
Anjas :” I don’t care you..”
Siti :” Sorry, my friend..I love anjas..
Anjas ;” Comon, tarminah, we will go to married..”
Arum :’No…No…

Round 8
Arum :” Iam sorry father…I have done it..”
Rais ;” That’s the effect from your bad behaviour.”
Arum :” Please…iam sorry,,now I no have friend in my life,,”
Rais :” Yes,,,never mind, don’t do like that again…


THE END

Cerpen..Ayum2..

DI BALIK FIGUR AUTOKRATES
Karya : Arumdari Nurgianti

"Usaha adalah modal. Do 'a adalah kewajiban. Usaha dan Do 'a adalah perpaduan yang membua jkita dalam keberhasilan. Jika seseorang mengatakan " Aku hanya akan berusaha tuk berhasil, maka dia adalah orang sombong, karena usaha tak dipadukan dengan do 'a, Jika seseorang mengatakan " Aku hanya akan berdo 'a tuk berhasil maka dia adalah orang yang bodoh. Apa artinya sebuah do 'a tanpa usaha. Orang terbaik adalah orang yang kan berkata "Aku akan berusaha dan berdo’a tuk berhasil ".
Ya... itulah kalimat yang selalu ku ingat di manapun ku berkhayal tentang angan-angan yang sangat diharapkan,kapanpun berbisik "Aku ingin seperti itu,” sampai kapanpun mengejar sebuah ambisi yang mangajakku berujung kesebuah fenomena alam yang gemilang dan penuh dengan cahaya.
Aku adalah seorang gadis yang ingin mengetahui semua isi cakrawala bumi ini, bahkan ku ingin berlayar mengarungi samudra, meskipun baday dan ombak menghantamku. Banyak orang bilang aku seperti batu karang, tidak mudah di rayu, di bujuk bahkan diperintah. Aku tidak marah tapi berbalik bersyukur karena banyak orang yang memperhatikanku.
Gadis remaja yang ingin terjun dalam banyak hal tak peduli tembok raksasa di Cina manghalangiku, tak peduli cibiran orang menjadi cemilan sehari-hariku bahkan tak peduli angkatan perang menghantamku . . . ( Sangat hiperbolis yah ) .
Tapi, dibalik sifat keras kepalaku aku adalah gadis imut, berambut lurus sebaliu, tinggi semampai, jndonesians skins, ciri khas dengan kacamata dan lesung di kedua pipiku...inilah aku Mela Meydalani siswi kelas X SMAN 1 Jampangkulon, Sukabumi.

"Nomor seleksi 14 silahkan masuk !" Ku dengar suara dari arah pintu masuk seleksi, dengan menyebutkan nomor yang tak lain itu adalah nomor pesertaku, tanpa pikir panjang aku segera memasuki ruangan itu.
"Ya kak !" aku menjawab.
"Perkenalkan diri anda dari mulai nama, kelas, ekstra kurikuler yang diikuti, jabatan yang diinginkan dan motto hidup !" Perintah tim formatur yang tak lain adalah ketua MPK.

“Terima kasih Kak, nama saya Mela Meydalani kelas X-l, Eskul yang diikuti
PMR,Seni,dan ESC, saya ingin menjadi Ketua OSIS dan motto... .
"Heh... kamu masih kelas X, yang menjadi pengurus inti hanya ada wakil sekretaris II dan wakil bendahara , kamu mengerti ?" Potong Kak Very,sebagai tim formatur sekaligus masih menjabat sebagai Ketua OSIS"
"Belum sempat aku memperkenalkan diri, sudah di potong ? Bisikku dalam hati.
"Oh... maaf Kak saya tidak tahu, kalau begitu saya ingin menjadi wakil sekretaris II dan motto hidup saya "Hidup adalah pilihan dan pilihan itu ada di tangan kita.”
"Ya sudah, jika kamu ingin menjadi wakil sekretaris II, besok kamu kembali ke sini untuk mengikuti seleksi administrasi , dan sekarang kamu boleh keluar !” Perintah Kak Very.
“Oh..iya Kak terima kasih.” Balasku dengan melangkahkan kakiku keluar
Menjadi Pengurus OSIS dan MPK di SMA ini yang sangat aku inginkan, berpengalaman menjadi sekumpulan orang yang berpikir dan mampu bersosialisasi, bukan karena jas dan logo yang diberikan lembaga, bukan karena jabatan yang terpampang rapi di susunan kepengurusan OSIS dan MPK dan bukan juga berniat untuk terkenal di sekolah, tapi kebersamaan, pengetahuan, pengalamanlah yang aku inginkan. Tiba saatnya aku kembali mengikuti seleksi, aku yakin dan percaya diri, aku pasti bisa menjadi pengurus yang intlektual apalagi menjadi pengurus inti yang nantinya akan menjadi kepala suku suatu kegiatan.
Tim formatur dengan teliti dan profesional memilih orang yang layak menjadi pengurus OSIS dan MPK.Memang semua ini tugas dan wewenang mereka.
Aku menunggu dan menunggu, berharap kabar gembira yang membuatku tersenyum datang dan menyampaikan berita bahwa semua harapan dan keinginanku terkabul. Dan akhirnya hari yang kutunggu datang menyapa dengan mentari pagi yang begitu terang dan kilauan aroma embun menghiasi dedaunan bagai hatiku yang ingin segera melihat hasilnya di papan pengumuman sekolah, apakah namaku ada disana ? Tanpa pikir panjang aku segera berlari menghampiri papan pengumuman yang berlatar hijau dengan hiasan tiga helai kertas yang selama ini kutunggu , kulihat dengan perlahan-lahan, kuusap kertas itu dari abjad A dan stop jemariku berhenti di abjad M dan kulihat sebuah nama yang indah, mengejutkan mataku yang cemas dan membuat lesung pipiku menghiasi senyumku yang lebar, aku teriak dan hanya bisa merasakan bahagia ditambah lagi dengan jabatan yang aku inginkan menjadi seorang sekretaris, Ya allah terima kasih kau telah memberiku senyuman kebahagiaan di pagi ini....
Banyak teman-temanku yang sama merasakan kebahagiaan sepertiku, melompat,senyum lebar, teriak dan saling berpelukan, tetapi sebagian teman-temanku hanya bisa melamun dan merenungi dengan hasil yang mengecewakan dan meleburkan semangatnya, inilah selgksi....
Kita memohon kekuatan Allah memberi kita kesulitan-kesulitan intuk membuat kita tegar,kita memohon kebijakan Allah memberi kita berbagai persoalan hidup untuk di selesaikan agar kita bertambah bijaksana,kita memohon kemakmuran Allah memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran, kita memohon keteguhan hati Allah memberi bahaya untuk d atasi, kita nemohon cinta, Allah memberi kita orang-orang yan gpatut diselamatkan dan dicintai, kita memohon kemurahan dan kebaikan hati, Allah memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti begitu pula dengan kesempatan kali ini, jika kita mendapatkan semuanya kita wajib bersyukur, jika hasilnya mengecawakan cepatlah introfeksi diri.
Hari berganti hari, kini suasana disekolah, tepatnya setelah melaksanakan upacara bendera sorak-sorai pendukung dari tiap kandidat terdengaar sangat gaduh, kulihat guru-guru berjajar tepat disebelah kandidat-kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS, mataku melirik ke arah kiri ternyata wajah cerah dan paras keyakinan tersirat di antara mereka ... .hmmmmh...ya...mereka adalah calon ketua dan wakil kepala suku di SMA ini. Mereka menunjukan kecakapannya tak kenal minder dan penuh percaya diri. Akhirnya pemilu pun di mulai, semua siswa/siswi memilih kaderaya masing-masing dan tiba saatnya aku mendengarkan siapa yang menang…hati ini dag..dig..dug…tidak karuan, ingin segera mendengar siapa yang menang…dan tiba saatnya Pembina OSIS mengumumkan siapa yang menang, dan ternyata Kak Adit dan Kak Irfan yang menang.
Hingga kini aku menjalani organisasi dengan pemimpin Kak Adit, Seorang pemimpin yang ku anggap sebagai Autokrates, yah…kata itu ku temukan di internet dalam bahasa yunani yang artinya seorang pemimpin ... memang baru pertama kali aku menjadi seorang sekretaris meskipun hanya sebagai wakil sekretaris...ya...tugasku tidak seberat sekretaris umum...hmmh...tapi kiranya ku harus belajar menjadi seorang sekretaris yang banyak mengetahui semua hal terutama aku harus terbiasa dengan sarapan pagi notula, surat resmi, susunan kepanitiaan dan makan siang anggaran biaya dalam proposal.
Kak Adit adalah sosok seorang pemimpin yang senang bercanda, pintar dengan matematika, kimia dan fisikanya, berbanding terbalik denganku, aku sama sekali tidak menyukai ketiga pelaiaran itu apa lagi hubungannya dengan alkana, alkena, alkuna, metil, vector, ogaritma…pusing mikirinnya.

"Mel, sekarang kamu coba buat anggaran biaya buat kegiatan Hari Ulang Tahun sekolah kita yah !" Perintah Kak Adit.
"Apa kak ? anggaran biaya ? bagaimana caranya ?" tanyaku.
"Dasar oon...lah kamu ikut seleksi tidak ? Kamu kan pasti bisa, masa bisa lolos jadi Wakil Sekretaris II!" Balas kak Adit.
" Yah....sebenarnya aku takut salah aja kak.,• sebenarnya aku tidak oon-oon amat”. Balasku jutek.
"Ya sudah kerjakan !" Kak Adit dengan muka judesnya. "Ich, dasar ketua OSIS lemot" Bisiku dalam hati.
Rupanya inilah pekerjaan pertamaku membuat anggaran biaya,lagi...lagi ...aku dipanggil oon, memang mambuat anggaran biaya itu tak semudah yang kupikirkan perlu perhitungan yang teliti dengan pamasukan dan pengeluarannya, mungkin baru pertama kali au membuatnya hingga membutuhkan waktu berjam-jam, pandangan tak lagi menghiraukan yang lain hanya di depan komputer dan melihat angka-angka yang terbolak-balik ...Ya Allah...
Setelah beberapa jam akhirnya pekerjaanku selesai juga...
"Kak..ini tugasku sudah selesai!" Aku memberikan tugas itu dengan senyuman.
"Oh...ya coba kakak lihat! " Jawabnya sambil membuka lembarannya.
Tiba-tiba.......
"Mela apa ini, masa 8x40.000= Rp.220.000,00 ? Coba kamu lihat ? Tegas Kak Adit.
"Oh, maaf Kak.” balasku dengan meminta maaf.
"Mela, kamu mengerjakan sesuatu jangan terburu-buru ! yah sekretaris oon ! sekarang
kamu ulangi!" Perintah kak Adit.
"Ich menyebalkan kamu pikir aku mesin; yang bisa menjalankan semuanya, dasar ketua
lemot". Bisikku dalam hati.
Hampir setiap kegiatan pekerjaanku seperti itu, hingga beberapa kali aku dipanggil oon sama ketua OSIS, kini rasa kagumku padanya berubah menjadi benci, ku anggap sosok ketua OSIS bagai kepala suku yang berani-beraninya tidak menghargai pekerjaan orang, apalagi paras wajahnya yang bengis,,ah...ku tak bisa membayangkannya lagi, tapi dibalik sikapnya yang somboog masih ada humoris dan kharismatik, sampai-sampai ketika aku dan Kak Adit lagi bercanda, Eh… digosipin katanya ada cinta lokasi, tapi Kak Adit tidak mempedulikannya. Setiap hari perintah-perintah dari mulutnya selalu terlontar di hadapanku,entah berapa kali sebutan oon menghantuiku.
Waktu demi waktu telah ku arungi bersamaan dengan mengalirnya progra-program yang ada di lembaran-lembaran notulaku, entah kenapa kini sikap Kak Adit dingin padaku, tidak lagi memerintahku, tidak lagi menyapaku bahkan cirri khas humorisnya itu kini sedikit demi sedikit menghilang, ada apa ini ? apa aku bersalah padanya ? aku rindu dengan sebutan oon nya, aku rindu dengan tatapan bengisnya dan tutur-tutur perintahnya. Yang aku takutkan sekarang ada per-rekrutan jadi kepengurusan tidak lagi dipimpin oleh kak Adit.
"Mungkin aku tidak pandai dalam memproyeksikan apa yang ada dipikiranku menjadi tata bahasa, mungkin aku tidak tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, mungkin aku juga tidak tahu apa perasaanmu itu benar atau salah, tapi saat ini aku sangat menyayangimu kak Adit dan aku hanya bisia katakan itu...."
Tak terasa sebentar lagi dia akan meninggalkanku bersamaan dengan kelas XII lainnya, ebentar lagi aku tidak akan melihat wajahnya lagi dan tidak dapat bercanda-canda lagi dengannya. Sosok seorang pemimpin yang mempunyai figur yang baik.aku selalu ingat dengan SMS yang dia kirim padaku....
From : Kak Adit
Dear Allah…please take care of this person who are reading this message, not only tonight but always and give happiness every time... ...Dzikrullah say the name of Allah
wherever,whenever and all time Lailahailallah, if you want to get the heaven of Allah.. Mela, ingat besi dapat dilelehkan oleh apt, api dapat dipadamkan oleh air, air dapat di keringkan oleh matahari, matahari dapat dijindungi oleh awan. awan dapat di goyangkan oleh angin, angin dapat dikalahkan oleh manusia dan manusia dapat di kalahkan oleh kekuatan dan kekuatan hanya dmiliki oleh Allah SWT... Met malem yah..."

Jika ku ingat dan membaca SMS itu air mata selalu mambasahi pipiku. Tak terasa tibalah acara perpisahan keles XII ingin sekali ku malihat wajah Kak Adit dengan senyumnya untuk yang terakhir kalinya ...tapi hanya senyuman dari kejauhan yang ku lihat, dari sana ku tak bisa lagi melihat sosok pemimpin di sekolah ini.

XXX
Telah sekian lama aku tidak melihat wajahnya...kini di kota Jakarta yang penuh dengan kemewahan, penuh dengan hilir mudik kendaraan. dan gedung-gedung yang mencakar langit ketika aku akan daftar kuliah, tepatnya salah satu Universitas Swasta di Jakarta.Ku linat sosok Kak Adit yang tak seperti dulu, aku yakin itu bukan Kak Adit tapi memang benar itu kak Adit, entah apa yang ia lakukan disini dengan pakaiannya kusut dan rambutnya yang kini tak teratur.
"Kak Adit.. .Kakak ngapain di sini ?" Tanyaku.
"Mela kenapa kamu ada disini ?" Dengan paras kagetnya.
"Kok balik nanya ? Kakak ngapain disini ? Kakak sedang apa ? Tanyaku kembali. "Entahlah ! Mungkin satu kata itulah yang selalu muncul dalam benakku, setiap aku di hadapkan pada satu pertanyaan, kenapa diriku sampai tersiksa seperti ini...Entahlah, ya..hanya jawaban itulah yang bisa ku lontarkan, hanya satu bentuk jawaban itulah yang mengiringi ketidakpastian jalan hidupku jawaban yang selalu membuat jiwaku semakin terperosok dalam ke jurang ketidakkaruan, terhina, tertekan, terbalut beban yang sebenaraya ku buat sendiri, Apakah semua ini karena sudah sangat parah penyakit ketergantunganku ini hingga tidak lagi bisa berpikir jernih, sadar, pasrah hingga mampu menghasilkan jawaban pasti ? Jawaban semacam jalan keluar, jawaban yang bisa membimbingku kembali ke kehidupan nyata jawaban yang bisa menjadi daya tangkal terperosoknya aku ke lembah dunia meya, jawaban yang bukan hanya kata "ngambang" semacam Entahlah, tidaktahulah kata yang selalu membuat diriku senantiasa berada diatas mimpi". Jawab Kak Adit dengan paras yang menyedihkan.
"Sebenarnya ada apa ini kak ? aku tidak mengerti ? Aku bingung.
" Sesungguhnya aku ini sama derajatnya dengan seorang pejabat korup yang selalu
menjadi tikus negara, yang mementingkan kepentingan diri sendiri, menumpuk harta yang sebenarnya milik pemerintah, hak rakyat, hak pembangunan infra struktur, hak pendidikan dan hak kesejahteraan sosial, termasuk hakku juga, orang yang perlu pertolongan psikolog dan dokter ... Aku pecandu narkoba mel!" Sentak Kak Adit.
"Ya Allah kak... kenapa Kakak melakukan semua ini, mana figur The Leader kakak ?Aku
tidak menyangka kakak menjadi seperti ini !" Balasaku.
"Inilah aku sekarang...sesekali aku merasakan terbang ke alam mimpi, setiap milimiter
tulang-tulangku seakan-akan di remukrendamkan, setiap rambut-rambut ototku laksana di
tarik-tarik, setiap sumsum-sumsum sendiku seakan-akan dipaksa keluar hingga
berhamburan mengalir ke setiap titik rasa sakitku, setiep tetes darahku seperti dipompa
hingga merengsek ingin keluar dari lubang pori-pori kulitku, sakit, ngilidan, pedih". Kak Adit dengan meremaskan tangannya.
Kini sosok yang dulu ku kagumi entah mengapa berubah menjadi sosok yang tak peduli dengan dirinya sendiri, sekarang Kak Adit hidup di tempat kumuh, sebenarnya apa yang menyebabkan semua ini terjadi ? Aku tak tahu ...setelah percakapan kami Kak Adit permisi pulang ke tempat kumuh itu dengan karisma wajah yang kini berubah ... .kenapa kamu seperti ini ?...
Mungkin aku akan menemaninya untuk bias terlepas_dari ketergantungannya terhadap obat terlarang itu mumpung aku masih lama di Jakarta.
Seandainya ombak bisa bicara, ia mungkin akan menyeru, bantulah orang-orang sepertinya, agar bangun dari mimpinya. Bantulah orang sepertinya dengan perawatan medis dan terapi psikolog. Perhatikan lebihlah orang sepertinya dengan belaian kasih sayang, ketulusan dan kelembutan.Belailah jiwa orang yang sepertinya dengan siraman rohani. Papah dan bimbinglah orang-orang yang sepertinya agar mampu berjalan kembali pada jalur realita dan bangun dari mimpi-mimpinya.
Tidakkah kalian tahu, selama ini dengan segenap jiwa raganya dia terus berusaha, dia sudah bersusah payah agar dia tidak terus-terusan terseret arus ke dunia maya, dunia yang penuh dengan kedustaan, dunia yang penuh dengan kemunafikan, dunia yang selalu menjanjikan keindahan. Tapi apa dayanya, dia ini hanya seorang pecandu tanpa bimbingan dari orang-orang yang punya kasih sayang seberapapun besarnya niat dan kesungguhannya untuk berhenti berteman dengannya narkoba, dia tidak kuat, ternyata rasa sakit dan penderitaan atas badan dan raganya begitu lebih besar, sehingga mampu mangalahkan niat dan kesungguhannya itu.
Seandainya berbagai jenis obat narkoba, minuman keras, narkotika dimusnahkan dari muka bumi ini mungkin niat dan kesungguhan hatinya untuk menjauh dari semua penderitaan ini akan lebih dahsyat, meski segala macam derita dan rasa sakit menggerogoti seluruh tubuhnya.
Bantulah dia,hai penguasa !!! agar obat-obat laknat itu hilang dari muka bumi. Dudukan keberadaannya benar-benar hanya untuk keperluan medis, tidak untuk disalahgunakan Kepadamu.... wahai penguasa... dengarkanlah harapanku..!
Pagi ini ku berniat menemuinya di tempat kumuh itu, tak jauh dari tempatku tinggal sekitar 3 km, ketika ku lihat sebuah rumah kecil dengan lorong pintu yang sepi dan jauh dari keramaian aku buka pintu itu dan ku lihat sosok The Leader yang penuh wibawa dan kharisma kini...dia tergeletak tak berdaya dengan mata terbuka dan cairan busa putih keluar dari mulutnya ... Ya Allah kak Adit....
Tepatnya di meja yang sudah tak kuat dan tua terlihat sehelai kertas, lalu aku ambil kertas itu dengan perlahan-lahan dan aku baca, ternyata isi dalam sehelai kertas itu adalah ungkapan hatinya,,,


Untuk: Siapa saja yang mempedulikanku
Tidakah kalian tahu, bagaimana besamya upaya dan pengorbananku saat itu, ketika aku berusaha memenuhi ketergantungan atas jiwa dan ragaku .terkadang aku jadi pandai berbohong kepada ibu ,bapakku, saudara-saudaraku dan siapa saja yang ku anggap sebagai rintangan, Aku juga dadakan bisa menjadi penipu ulung atas diriku, dosenku, kepala sekolahku. Kadang-kadang aku juga jadi pandai mencuri layaknya pencuri profesional, bisa jadi koruptor ,bisa jadi penipu ,penggelap, jadi penindas dan perusak jiwa generasi muda. Segala cara aku upayakan ,perbuatan haram kuhalalkan ,perbuatan tidak etis, aku etiskan, perbuatan tercela aku indahkan, meski sebenarnya perbuatan-perbuatan yang kulakukan itu sangat bertentangan dengan batinku, Asalkan aku bisa mendapat media untuk mencapai alam mimpi itu, apapun kulakukan termasuk menyeret orang-orang, para remaja, pelajar dan pemuda agar sepeneritaan denganku
Tuhanku......
Setiap kali aku mencoba untuk melepaskan diri dari belenggu alam mimpi itu ,bukakanlah hatiku agar tidak selalu merasa curiga atas orang-orang yang memperhatikan aku, hilangkanlah prasangka atas orang-orang yang sepertinya memandangku sebagai orang tak berguna, menganggapku sebagai morfinis, memvonos diriku sebagai pemabuk, pecandu narkoba dan yang lebih sakit menyebutku sebagai sampah ….sampah maeyarakat
Benarkah aku ini sampah ? Sudah sejauh itukah derajat diriku itn jatuh di mata orang-orang ? Sudah sedemikian tidak berhargakah aku ? Masih mending dianggap mati, sampah ini yang memiliki konotasi harus dibersihkan ,di buang dan diasingkan.... .
Aku sudah puas dengan cibiran orang yang menganggapku stress…karena memang benar aku seperti ini akibat dari kehidupan keluarga yang hancur dan masa depan yang tidak bisa aku capai.
"Inilah diriku yang sebenarnya.....aku adalah seorang pecandu narkoba yang di sebut SAMPAH... aku bukan lagi seorang pemimpin ...selamat tinggal duniaku yang suram, aku tidak kuat dengan semua ini, aku menyerah.....Maafkanlah aku yang hina ini Ya Rabbi................
Adit
Aku hanya bisa terdiam seribu kata dengan pandangan mata tertuju pada sosok Autokrates kebanggaanku yang kini menjadi tergeletak tak berdaya….Ya Allah ampuni dia….

Carpon Sunda..Ayum

Judul : Kartini Bojong Sēah
Karya : Arumdari Nurgianti


Tanah Sunda Gemah Ripah
Nu Ngumbara Suka Betah
Tanah Sunda Sing Towēksa
Nyangga Darma Anu Nyata
Seuweu Pajajaran Moga Tong Kasmaran
Sing Tulatēn Jeung Rumasa
Getēn Titēn Rumawat Tanah Pusaka


Pasawahan hējo ngēmploh, tutuwuhan sing jaranteng, sato piaraan ting marontok, teu poho ka masarakat nu somēah, barudak nu sarurak ngagamarkeun bagyana salarēa, Bojong Sēah ngaran kampungna, katangēn ti kalēr sakola madrasah pinuh ku barudak santri nu milari ēlmu, ti wētan panduduk kampong talanur jeung miara pakaya, hiliwir….angin niisan kahirupan kampong Bojong Sēah, wahangan hērang nu ngalir sapertos kahirupan nu adem ayem. Nanging bēnten pisan sareng kahirupan kota nu teu alami, pinuh ku haseup panyakit, saalit pisan tutuwuha, teu aya pisan wahangan hērang aya gē pamiceunan tina pabrik tuluy deuih pinuh ku wangungan-wangunan ting jarangkung, kitu deui jeung sikep kaom rumajana nu teu welēhmineng nglakonan nu teu pararuguh, MIRAS dijadikeun kainuman sapopoē, pakēan nu teu puguh watesna, jeung sikep paripolahna mirupa barat. Atuh untung nu hirup di padēsaan tingal daēk ngamangpaatkeun kaadilan kreatip nu dijanggelekeun ku pamarēntah.

Trok….trok…trok kadangu ti luar sora keketrok….
“Assalamu’alaikum……Umi, Bapa… Tini sumping……” Kadangu sora nēng Tini, katingal ngagēnol boboko anu eusina daun sampeu.
“Waalaikumsalam….. Kumaha nēng, ayaan teu daun sampeu tēh ?” Umi Ijah nanya.
“Alhamdulillah Umi, nguneur tēh aya hasilna, lumayan kanggo sayureun.’ Nēng Tini sabari sueri nu somēah.
“Hayoh atuh geura ucik, urang asakan !” Tēmal Umi Ijah.”
“Muhun Umi , ari Bapa kamana ? teu katingali ?” Nēng Tini naros.
“Bapa aya priyogi ka Juragan Karta, rēk milari padamelan.” Tēmal Umi Ijah.
“Ooooh… gusti, bapa tēh teu kēnging kacapēan apan Umi ?” Tēmal Tini.
“Nya kumaha deui atuh saha nu daēk ngabiayaan hirup urang ari teu ku Bapa mah !” Teges Umi Ijah.

Tini jeung Umi Ijah pēek ngobrol , hiji kulawarga nu prihatin, cicing dina saung nu ngan bias ngiuhan. Nanging ēta kulawarga tēh hirup rukun, tara pahiri-hiri, Umi Ijah jeung Bapa Dudin kagungan putra nu kacida geulisna, si leunjang bulan ngalangkang, rampayak mirupa merak, sampulur mirupa layung, geulis kaasih pohaci, kacapangan para pamudi, dibuana warna-warna. Namina Kartini, ngandung harti mirupa Raden Ajeng Kartini, kusabab poē babarna sami nyaēta kaping 21 April. Sok disbat Nēng Tini, kasohor kembang desa, seueur nu hoyong janten kadeudeuhna, yuswana 18 taun, kelas III SMA, jalmina sederhana, pinter diajarna tuluy pinter jaiponganana, kasohor ku rērēncanganana tērēh sampurna, nanging Allah SWT num aha sampurna. Nēng Tini hoyong pisan sakola sing luhur, janten jalmi sukses jeung bias ngabagyakeun kanu jadi kulawargina.

ϪϪϪ

Hiliwir angina ti kalēr…niupan tatangkalan pasawahan, kadangu sora suling, ngahudangkeun sumanget kanu jadi masarakat Bojong Sēah, Wirama Tilam Sono tina suling nu dipaēnkeuna ku Kang Sholeh, kasohor jajaka pangsholehna, rupana teu aya cawadeun, niup suling dijadikeun kagiatan sapopoē , geto; jeung soson-soson deuih, Kang Sholē tēh nyaēta kadeudeuh Nēng Tini. Unggal dinten sok pependak di saung pasawahan nu ēndah.

“Kang Sholēh, Tini mah hoyong pisan janten jalmi sukses sareng deuih janten panutan kanggo masarakat utamina kanggo kaom istri, sapertos Raden Ajeng Kartini, jasana teu tiasa dihilapkeun ku balarēa.” Tini sbari ngabayang-bayang manēhna janten jalmi sukses.
“Nya mangga waē, akan mah ngadukung kahoyong nēng asalkeun ēta tiasa ngabagyakeun nēng, komo deui nu positip mah, akang ngadukung pisan.” Tēmal Kang Sholēh.
“Hatur nuhun akang, Tini mah moal hilap ka akang, Tini mah deudeuh ka akang.” Tēmal Nēng Tini.
“Sami nēng, akang deudeuh ka nēng, akang percanten ka nēng.” Tēmal Kang Sholēh sabari seuri nu somēah.
Unggal dinten ēta jajaka sareng kembang dēsa tēh sok niis duduaan di ēta pasawahan nu ēndah.
ϪϪϪ

Poē isukna Nēng Tini nanya ka Umi Bapana. Manēhna ngarepkeun bias skola luhur tuluy bias jadi jama nu sukses. Nanging Umi Bapana teu sangup ngamodalan sakolana.

“Umi, Bapa…. Tini ukeun idin, Tini badē neraskeun sakola ka nu leuwih luhur, dupi Umi, Bapa ngawidian henteu ?” Nēng Tini nanya.
“Nēbg geulis, sanēs teu hoyong, sanēs teu nyaan da kieu kaayaan, mugia sing tawakal, Umi, Bapa moal ngawidian, teu gaduh kanggo ngamodalanana, kumaha atuh da kieu kuduna,” Tēmal Pa Dudin sabari ngahelas.
“Sumuhun nēng, Umi gē moal ngawidian da lamun seueur artos mah sugan badē janten naon gē hēg waē, kieu geuning ayana urang mah Nēng.” Tēmal Umi Ijah.
“Umi, Bapa, atuh kumaha Tini moal tiasa janten jalmi sukses, moal tiasa sapertos Raden Ajeng Kartini tēh, mangkaning janten jalmi suksēs tēh kahoyong Tini ti kapugkur.” Tēmal Tini.
“Nya kumaha atuh nēng, da kieu kayaanana !” Tēmal Pa Dudin.
“Umi, Bapa maenya Tini kedah ngangur, teu pararuguh .” Tēmal Nēng Tini.
“Nēng tong hilap kana kaahlian, nēng tēh pan tiasa jaipongan, atuh tiasa janten ronggēng ngiring bajidoran mun aya hajat.” Teges Umi Ijah.
“Umi, Bapa, alim kudu bajidoran, Tini mah hoyong diajar sing giat, naon Umi bajidoran mah sieun ka jajaka.” Nēng Tini sabari tungkul ka Umi, Bapana.
“Nēng, sing ngawaro ka nu jadi kolot, nēng tēh ayeuna kedah tiasa milari artos da Umi jeung Bapa mah tos rērēmpo, dangukeun nēng da bajidoran tēh ceuk batur moal diangap teu bener, ēta mah kasenian pasanggiri, hsilna lumayan deuih.” Teges Pa Dudin.
“Umi, Bapa pokona Tini mah alim janten nu kitu, Tini mah hoyong suksēs, ah…kumaha Umi, Bapa wē, Tini mah kudu janten jalmi suksēs kudu sakola luhur.” Tini ngamek sabari lēos ka kamarna.

Nēng Tini kacida ambekna, atuda janten jalmi suksēs jeung hoyong sapertos RA. Kartini, alim diparēntah, hoyong bēbas nangtukeun harepan, komo deui Nēng Tini nu kacida alimna dipiwarang janten ronggēng pasanggiri nu Juragan Karta. Nēng Tinibingung kudu kamana mēnta tulung, ka Kang Sholēh kadeudeuhna da teu bias ngabntuan, dipikiran ēta masalah tēh ku sorangan, Bapa Nēng Tini sok geuringan, panyawat jantungna beuki parah, atuh Nēng Tini beuki bingung, maenya kudu doraka ka nu jadi kolot, kapaksa Nēng Tini nurut ka nu jadi kolot, Nēng Tini ahirna janten ronggēng bajidoran. Nanging ci Panon tēh hayoh wē nyaclakan, kusabab teu bias nuluykeun sakola jeung teu bias jadi jalmi suksēs . Ungal dinten Nēng Tini hayoh melonngan buku karangan RA. Kartini nu judulna “Habis Gelap Terbitlah Terang”, sabari ngucurken ci panon.

ϪϪϪ

Unggal dinten Nēng Tini giat ngabantosan Umi, Bapana, tuluy ngabajidor malaria artos, tina padamelan ēta tēh teu cekap kanggo ngobatan bapana nu teu damang, gaduheun panyawat jantung. Nēng Tini bingung kumaha cara ngamodalan di Rumah Sakit, mēnta tulung ka dulur jeung tatanggi teu ditulungan da teu gaduheun artos kanggo ngamodalanana, Umi Ijah jeung Nēng Tini bingung kudu kamana mēnta tulung ….Tuluy Umi Ijah jeung Nēng Tini mēnta tulung ka Juragan Karta, yēn mēnta pangamodalkeun bapana nu aya di Rumah Sakit. Juragan Karta sangup ngabiayaan ngan Nēng Tini Kudu sadia ajadi carogena juragan. Atuh Nēng Tini kacida ambekna, sedih atuda deudeuh ka Kang Sholēh ari pēk di titah kawin ku Umi, Bapana ka Juragan Karta nu pengbeungharna sakampung. Unggal dinten Nēng Tini ngagukguk ceurik, ci panon hayoh nyakclakan . Bapana geus di ubaran, biaya Rumah Sakit geus dilunasan, Juragan karta rēk ngalamar Nēng Tini da geus janji. Neng Tini ngarasa boga hutang ka Juragan Karta kumaha atuh da hatēe mah moal bias dibohongan, da Nēng Tini mah deudeuhna ka Kang Sholēh …

ϪϪϪ

“Kang , Tini mah alim di kieu-kieu , hoyong bēbas, hoyong janten istri nu bagya, istri nu suksēs , naha jadi kieu…? Tini mah deudeuh ka akang..!” Nēng Tini sabari sabari ceurik baririhan.
“Nēng, maenya badē ningalkeun akang ? Nēng badē janten carogē Juragan Karta ? Akang tēh deudeuh ka nēng.” Tēmal Kang Sholēh.
“Leres akng deudeuh ka Tini ? Insya allah Tini gē moal kasasaha .” Tēmal Nēng Tini.
Rupa geulis Nēng Tini ti deungeut ieu teu katingal, pinuh ku ci panon nu hayoh nyakclakan, teuoi ka bintitna. Unggal dinten ngurung di kamar. Umi jeung Bapana bingung da ngarasa bga hutang ka Juragan Karta jeung deuih prihatin unggal dinten ningali rupa geulis jadi jamedud pinih ku ci panon.
ϪϪϪ

Kaisukna Juragan Karta tēh dating ka imah Nēng Tini, rēk ngalamar tēa, mawa rombongan sakampung dibaturan ku dayang-dayang, bungkusan-bungkusan, jeung sora gamelan kadangu meuni tarik. Nēng Tini reuwas, manēhna mikir kudu kumaha ieu, naon nu kudu dipilampah. Teu loba mikir geuwat mawa pakēan diasupkeun kana koper, teu hilap Nēng Tininulis surat kanggo Umi, Bapa jeung kadeudehna.

“Assalamu’alaikim……Umi Ijah, P Dudin, ieu kuring Juragan Karta, rēk ngalamar kembang dēsa nu panggeulisna, Nēng Tini tēa.” Juragan Karta sabari ngagorowok.
“Mangga kaleubet juragan, kin urang canak Nēng Tini na, mangga dileueut juragan saaya-aya!” Umi Ijah sabari ngalēos ka kamar Nēng Tini.

Umi Ijah reuwaseun pisan, di kamar tēh teu aya Nēng Tini, digeroan teu nēmalan, diobrak-abrik ēta kamar tēh, ngan katēmbong aya kertas ngagolēr nu isina :








Kanggo, Umi, Bapa, Kang Sholēh
hu ku Tini dipikanyaan


Assalamu’alaikum

Umi, Bapa hapunten Tini teu tiasa janten carogē Juragan Karta, salian ti Tini deudeuh ka Kang Sholēh, Tini alim janten carogē juragan nu galak teu aya kanyaan, Tini mah badē milari kabēbasan ka kota sugan wē tiasa janten jalmi suksēs, sugan wē tiasa bēbas sapertos harepan Raden Ajeng Kartini inspirator Tini… Umi,Bapa tong mikiran Tini, Tini diditu badē milari padamelan sugan wē ditampi, kin lamun Tini tos suksēs, Tini moal hilap ka Umi, Bapa, Tini badē ka kampong deui hirup bagya sareng Umi, Bapa…Mugia Tini tiasa ngabagyakeun Umi sareng Bapa….Amiiiiiiiiiiiiiin…
Umi, Bapa tong hilap tong kacapēan, tong hilap neda…! Umi, Bapa, Tini ukeun pidu’ana..
Wartoskeun ka Kang Sholēh Tini deudeh ka akang, Tini mah moal kasasaha, Tini nyaah ka akang, antosan Tini,,,,moal lami Tini uih deui ka kampong nyanak kabagyaan kanggo balarēa… Tini deudeuh ka akang….

Umi, Bapa, Kang Sholēh Tini nyaah ka salarēa……
Nyuhunkeun pidu’ana…..

Tini

Umi Ijah jeung Pa Dudin kacida haneuneulna, putra hiji-hijina kabur kapaksa, Juragan Karta ambek kabina-bina, Umi Ijah jeung Pa Dudin disungkrukeun, teupi ka ngagukguk ceurik baririhan…Eusi imah diacut-acutkeun,,,cacarēk sabari mabukan jeung neungeulan.

ϪϪϪ

Umi Ijah jeung Pa Dudin nungu-nungu kasumpingan putra nu kacida dipikanyaahna, ngan NϪng Tini teu aya kabar, duka kumaha hirup di kotana.
Pa Dudin kacida deui panyawat hēg tos rērēmpo , teu aya nu ngamodalan . Kang Sholēh nunguan Nēng Tini , unggal dinten nyuling sabari reumay ci panon inget ka Nēng Tini, sing loba gadis dēsa nu dudeuh , ngan Kang Sholēh deudeuhna ngan ka Nēng Tini.

ϪϪϪ

Teu lami tos 8 bulan, Nēng Tini sumping ka kampong rēk ngalongok Umi, Bapa jeung akdeudeuhna , tuluy Nēng Tini tēh ayeuna mah tos beunghar tur suksēs. Nanging Nēng Tini dahareupan ku haneueul jeung kasedihan, kusabab aya warta Umi Ijah jeung Pa Dudin tos teu aya, ngantunkeun Nēng Tini salamina, Nēng Tini haneueul teu bias ucap nanaon, jempling, teu karasa ci panon ngucur sabari gogoroeokan teu peraruguh, prihatin pisan….Teu mikir nanaon Nēng Tini geuwat mawa pēso nu aya dihareupeuna, pēk ngomong :
“ Batan Taluk Kajeun Undur
Batan Pasrah Kajeun Hilang
Cadu kasiku ku musuh
Mending Rarabi ka pati”
Bles….ēta pēso tēh di tubleskeun …………Atuh tatanggi riweuh nulungan, komo deui Kang Sholēh gogorowokam mēnta tulung, ngan haneueul Nēng Kartini nu geulis kawanti-wanti tēh teu tiasa di tulungan…..

Kartini Bojong Sēah nu hoyong sapertos Raden Ajeng Kartini tēh ayeuna mah ngagolēr pinuh ku geutih ….
Ieu kahirupan kembang dēsa Bojong Sēah tēh pinuh ka kasedih jeung akaprihatinan….A’udzubillahimindzalik……


TAMAT